Laman

Kamis, 04 Juni 2015

Review Film : The Theory Of Everything

Photo from http://en.wikipedia.org/wiki/The_Theory_of_Everything_(2014_film)


Tak habis-habis merasa takjub melihat film yang diadaptasi dari kisah kehidupan Stephen Hawking, dari sebuah memoar yang ditulis mantan istrinya, Jane Wilde Hawking berjudul "Travelling to Infinity: My Life with Stephen.

Stephen adalah seorang jenius fisika yang sejak muda menderita penyakit yang menyerang sarafnya. Penyakit ini disebut motor neuron disease. Penyakit ini membuatnya lumpuh, tak bisa menggerakkan kaki, tangan, tak bisa bicara bahkan menelan.

Pertama kali dokter menjelaskan penyakitnya, ia divonis hanya akan hidup selama dua tahun lagi. Tapi Jane, seorang gadis yang baru ulai dekat dengannya tetap tak surut langkah walau Stephen sudah menjelaskan keadaannya, perlahan Stephen akan kehilangan kemampuannya berjalan, menggerakkan tangan, bahkan bicara. Jane tak peduli, ia tetap mau menikah dengan Stephen.

Mungkin cinta Jane, perhatian dan perawatannya, membuat Stephen mampu melewati batas hidup yang sudah divonis dokter. Stephen hidup hingga sekarang. Malah kemudian memiliki tiga orang anak.

Namun lama kelamaan, Jane merasa lelah juga. Dia harus mengerjakan semuanya. Merawat Stephen, dan merawat anak-anak mereka. Ibu Jane menyarankan Jane untuk ikut kegiatan di luar rumah agar ia tidak depresi. Ibu jane menyarankan Jane mengikuti paduan suara gereja. Di sanalah Jane bertemu dengan Jonathan, seorang pianis yang mengiringi paduan suara gereja.

Mulanya Jonathan sering datang ke rumah keluarga Hawking sekadar untuk membantu Jane mengurus Stephen. Namun terlalu sering bersama membuat Jane dan Jonathan mulai saling tertarik. Stephen pun sebenarnya memaklumi jika Jane meninggalkannya. Dia sadar dirinya tidak berdaya melindungi Jane, dia sangat bergantung Jane.

Keadaan Stephen semakin parah saat akhirnya ia kehilangan suara. Stephen bicara melalui komputer yang ia ketik setiap kata yang akan ia ucapkan.

Menonton film ini membuatku takjub, bagaimana Stephen masih terus berkarya, menghasilkan berbagai pemikiran, menerbitkan buku walau tubuhnya sudah tak bisa bergerak bahkan dia tak bisa bicara dengan pita suaranya sendiri.

Bagaimana Stephen Hawking telah membuktikan, tak ada yang tak mungkin jika seseorang ebanr-benar mau berjuang dalam hidupnya.

Dan Jane, betapa tangguhnya perempuan ini. Ia mau menerima Stephen apa pun keadaannya walau ia tahu risiko masa depannya seperti apa.

Walau akhirnya Jane dan Stephen berpisah, tapi Jane telah membuat Stephen bertahan hidup hingga hari ini. Bahkan bukan hanya sekadar bertahan hidup, tapi juga mengisi hidupnya dengan karya-karya spektakular yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Eddie Redmayne berperan sebagai Stephen hawking dan mememangkan penghargaan Oscar 2015 sebagai best actor untuk aktingnya yang cemerlang.

Menonton film ini menyadarkan kita, bahwa tak ada manusia yang sempurna. namun yang etrpenting adalah bagaimana kita bisa melihat potensi diri dan kelebihan kita, dan menjadikannya sebagai sesuatu yang membuat hidup kita menjadi berarti.

Ayooo nonton ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar