Laman

Kamis, 31 Oktober 2013

Resensi Film : The Lake House



Trailer The Lake House
Judul Film : The Lake House
Produksi : Tahun 2006
Pemain : Keanu Reeves dan Sandra Bullock


Ini bukan film baru, tapi masih asyik ditonton. Sudah lama sekali aku nggak menonton film ini. Sampai kemudian sabtu kemarin adikkku menawarkan apakah aku mau menonton film "The Lake House"?

Tak kusangka, adikku perhatian banget sama aku. Ternyata dia tahu aku suka Keanu Reeves. Pas banget, kebetulan aku memang sedang menulis cerita dengan tokoh cowok arsitek. Dan rumah di tepi danau yang romantis itu ... Hm, sepertinya bisa menjadi inspirasi setting yang indah.

Film ini mempertemukan kembali dua artis Keanu Reeves dan Sandra Bullock yang sebelumnya sudah pernah beradu akting di film blockbuster "SPEED".

Menurutku, setting film ini romantiiiis banget. Di sebuah rumah yang seluruh dindingnya kaca, di pinggir sebuah danau. Ini adalah rumah Alex Wyler (diperankan Keanu Reeves) hasil rancangannya sendiri.

Alex adalah seorang arsitek. Ia sempat dianggap nekat membuat sebuah rumah yang seluruhnya berdinding kaca, tapi Alex tak peduli. Ia memang punya gaya merancang sendiri yang berbeda dengan ayahnya yang juga seorang arsitek terkenal. 

Rumah danau yang simple.

Di depan rumah ini ada sebuah kotak surat. Kotak surat itulah yang secara ajaib menghubungkannya dengan seorang gadis yang tinggal dirumah kacanya itu dua tahun yang akan datang.

Hm, sudah berasa aroma romantis sekaligus misteriusnya yaaa....

Kotak surat ajaib ini menghubungkan Alex dan Kate
yang terpisah jarak dua tahun.
Pengen deh punya kotak surat ajaib kayak gini, hehehe.

Entah bagaimana keajaiban itu bermula. Nyatanya, kotak surat di depan rumah kaca tepi danau itu bisa menghubungkan surat Alex kepada seorang gadis bernama Kate Forster (diperankan Sandra Bullock), seorang dokter kesepian yang dua tahun setelahnya, akan tinggal di rumah Alex itu.

Mereka saling berkirim surat setiap saat, saling bercerita tentang apa saja. Sampai akhirnya mereka merasa dekat dan ingin sekali saling bertemu. Tapi bagaimana caranya? Mereka terpisah oleh waktu yang berjarak dua tahun.

Alex ... baca surat aja ganteng ... >.<

Kate yang berada di tahun yang sama dengan Alex, belum mengenal Alex. Alex berusaha menemuinya, tapi Kate tidak mengenalnya, bahkan Kate ternyata sudah memiliki kekasih. Alex berusaha mendekati Kate di masa yang sama dengannya, walau Kate yang ini belum mengenalnya.

Alex pedekate ke Kate di masanya yang sekarang, yang nggak kenal dia,
padahal ALex sudah sering surat-suratan dengan Kate di masa dua tahun berikutnya

Bahkan dia sempat mengobrol, berdansa dan kissing dengan Kate yang belum mengenalnya ini dan kepergok kekasih Kate.

Alex dan Kate sempat berdansa juga
Soundtrack lagu saat Alex dan Kate berdansa. Lagu yang dinyanyikan dan diciptakan Sir Paul McCartney. "This Never Happened Before




Kebayang deh gimana galaunya perasaan Alex, sudah ketemu langsung gadis yang dicintainya, tapi Kate di masa yang sama dengannya ini belum tahu dia, bahkan ternyata adalah kekasih orang lain. Alex pasti gemeeess banget. Tapi dia sabaaar banget deh, nggak mau memaksa Kate di masa yang sama dengannya ini.

Kate dan Alex nggak tahu lagi bagaimana caranya agar mereka bisa menyatu, karena mereka yang saling mencintai ini berada di tahun yang berbeda ... Magic yaaa

Kate yang kesepian dan berharap ketemu Alex
Alex juga merindukan Kate ...

Kemudian Alex punya ide. Ada sebuah restoran kelas atas yang jika ingin makan di sana, harus memesan jauh-jauh hari. Alex sengaja memesan meja untuk dua tahun lagi. Bagi  Alex, dua tahun lagi adalah benar-benar dua tahun lagi. Ia harus menunggu saat itu datang. Tapi bagi Kate, dua tahun lagi itu adalah keesokan harinya.

Sambil nunggu 2 tahun lagi ketemu Kate, Alex tetap sibuk bekerja  sebagai arsitek.
Sama denganku, aku juga dulu arsitek. Dulu tapinya ... hehehe

Maka, sesuai dengan hari yang telah mereka sepakati, Kate datang ke restoran itu, berharap akhirnya dapat bertemu dengan Alex. Namun setelah ia menunggu hingga restoran itu hampir tutup, Alex tidak datang juga. Kate kesal, dan mengira Alex tidak menepati janji, sedangkan Alex bingung kenapa ia di masa depan tidak menemui Kate sesuai dengan janji mereka?

Kasihan Kate, nungguin Alex sampai minumannya habis bergelas-gelas

Kate merasa lelah dengan hubungan yang tidak nyata ini. ia pun menegaskan tidak ingin berhubungan dengan Alex lagi. Semua surat-surat Alex sudah tidak dibacanya lagi dan tidak pernah dibalas, tapi dengan setia Alex tetap mengirim surat pada Kate, berharap suatu saat, Kate akan membacanya.

Ouch, kesetiaan Alex ini benar-benar bikin meleleh. Temannya sudah menyarankan Alex cari gadis yang nyata saja, jangan buang-buang waktu menunggu gadis yang nggak jelas ada di mana ... Tapi Alex nggak mau menyerah, dia tetap menunggu dua tahun untuk bertemu Kate yang sudah mengenal dan mencintainya, Alex ingat janji mereka akan bertemu di Daley Plaza pada hari valentine dua tahun lagi ...

Gantengnya Keanu Reeves ^_^

Sedangkan Kate berusaha melupakan Alex dan melanjutkan hidupnya. Ia kembali pada kekasih lamanya dan berniat membeli rumah untuk ditinggali bersama. Rumah itu ingin direnovasi. Pergilah Kate dan kekasihnya ke sebuah konsultan desain arsitektur. Selesai mendiskusikan desain rumah yang ia inginkan, sebelum Kate pergi dari kantor konsultan itu, ia melihat sebuah gambar rumah di tepi danau terpajang di dinding. Itu gambar rumah yang persis sekali dengan rumah yang menghubungkannya dengan Alex di masa lalu.

Kate hampir tak percaya, ia bertanya, "Siapa perancang rumah ini?"

Sang arsitek menjawab, "Itu hasil rancangan arsitek Alex Wyler".

"Ah, di mana dia sekarang? Apakah aku bisa bertemu dengannya?" tanya Kate lagi.

Betapa senangnya Kate, berharap ia bisa bertemu Alex. Tapi ia terkejut bukan main saat arsitek itu bilang, sayangnya Alex Wyler sudah tiada, akibat kecelakaan tepat dua tahun lalu di hari valentine.

Kate segera teringat dua tahun lalu dia duduk di Plaza Daley tepat di hari Valentine. Mungkin pada saat itu Alex datang untuk menemuinya. Menyadari itu, Kate buru-buru pergi ke rumah danau, dia menulis surat untuk Alex. Isinya mencegah Alex untuk menemuinya di Daley Plaza.

"Don't look for me, don't find me. If you still care to me, wait for me, wait with me, wait. Just wait. Wait two years, Alex. I love you. Come to the lake house. i'm here."

(Saat adegan Alex membaca surat ini, sumpah bikin deg-deg-an. Khawatir Alex tetap nekat nyebrang. untunglah Alex menuruti permintaan Kate. Wudiih, Aleeex, baik banget siiih ...)

Sambil menangis Kate menunggu kotak surat itu memberi tanda suratnya sudah dibalas Alex. 

Ini adegan paling menyedihkan, Kate nangis nungguin kotak surat itu
memberi tanda suratnya dibalas Alex

Kate sedih banget berharap suratnya untuk Alex nggak terlambat ...
Untunglah ia belum terlambat, suratnya untuk Alex masih sempat dibaca Alex sehingga Alex mengurungkan niatnya menyeberangi jalan. Ia pun selamat dari kecelakaan. Alex yang sungguh-sungguh mencintai Kate, dia menuruti permintaan Kate benar-benar menunggu sampai dua tahun kemudian. Alex ingat di hari valentine dua tahun kemudian, ia berjanji untuk bertemu Kate di rumah danau. 

Tak lama sebuah mobil datang. Kate menangis bahagia saat akhirnya ia melihat Alex keluar dari mobil itu. Keduanya berjalan perlahan saling menghampiri.

"Kau menungguku," ucap Kate terharu.
Alex tak bicara, dia langsung mencium Kate yang sudah ditunggunya selama dua tahun.... Hiks... nyesek. Ada nggak ya cowok setia begini sanggup nunggu dua tahun?

Yeay!! Akhirnya Alex dan Kate ketemu juga ^_^

Kalau jodoh memang nggak ke mana yaa... Akhirnya Alex dan Kate bisa bersatu juga ...

Aku sempat nangis nonton film ini, padahal dulu sudah pernah nonton. Mengharukan siiih... Romantisnya nggak nahan. dan film ini nggak bosenin untuk ditonton lagi. Kisah cinta yang lembut, mengharukan, tapi untunglah happy ending ^_^

Dan chemistry Keanu Reeves dan Sandra Bullock berasa banget, kenapa mereka nggak jadian beneran aja ya? ^_^




Soundtrack adegan terakhir, menyayat hati deh musiknya...

Huft, untunglah happy ending  ^_^


Selasa, 29 Oktober 2013

Asyiknya mendapat penghasilan dari hobi

Sketsa-ku


Ya, sejak sekolah dasar aku hobi menggambar dan mengarang. Bahasa Indonesia dan Seni Rupa adalah dua mata pelajaran yang paling aku suka. Kemudian aku memadukan kedua hobiku itu dengan membuat komik. Di sela-sela mengerjakan PR matematika atau pelajaran lainnya, aku malah menggambar. tentu saja menggambar saat waktunya mengerjakan PR ini kulakukan diam-diam jangan sampai ketahuan ibuku.

Sketsa-ku juga ^_^


Semakin lama, keahlian menggambarku semakin baik. Hingga akhirnya selepas SMA, aku memutuskan kuliah di jurusan arsitektur. Kuliah yang menyenangkan. Karena banyak sekali tugas menggambar sesuai dengan hobiku, walau aku sempat merasa minder. Saat SD, SMP dan SMA hasil karya seni rupaku menjadi yang terbaik. Namun saat berkumpul dengan sesama mahasiswa-mahasiswi yang semuanya pandai menggambar, ternyata keahlian menggambarku belum ada apa-apanya. Apalagi di jurusan arsitektur, kami tidak hanya dituntut mampu menggambar dengan hasil yang bagus, juga harus mampu membuat konsep rancangan bangunan dengan baik. Belum lagi harus menguasai matematika, fisika bangunan dan penghitungan struktur. Huft, inilah yang membuatku sempat ketar-ketir semasa kuliah. Walau mata kuliah terberat tentu saja Perencanaan Arsitektur dan ujian akhir.

Hasil rancanganku dengan 3D Max.
Nggak mahir menggambar dengan 3D Max
Walau lama kelamaan kuliah arsitektur terasa berat, akhirnya aku berhasil lulus juga sesuai jadwal. Sesudah lulus, tak mudah mendapatkan pekerjaan sebagai arsitek. Aku harus terdampar dulu di sebuah perusahaan kontraktor pertambangan emas Pongkor. Seminggu sekali aku harus cek lokasi ke Gunung Pongkor, Leuwiliang, Bogor.  Di sana hanya aku satu-satunya yang arsitek. Aku sering diledek kesasar. Karena aku dikelilingi insinyur-insinyur sipil dan pertambangan.

Tapi kujalani saja pekerjaanku itu dengan senang hati. Kuanggap salah satu bentuk mendapat pengalaman yang belum tentu akan dialami calon-calon arsitek lainnya. Sampai kemudian aku merasa petualanganku di pertambangan emas ANTAM itu sudah saatnya diakhiri.

Kemudian aku mencari pengalaman lain. Hingga merasakan menjadi arsitek sekaligus drafter di sebuah perusahaan desain kecil-kecilan. Sungguh-sungguh kecil-kecilan karena proyek-proyeknya pun kecil-kecil. Seputar renovasi rumah. Bosan di sini, aku pindah ke perusahaan konsultan desain arsitektur lainnya yang kuharap lebih baik dari sebelumnya. Tapi ternyata siapa duga, baru tujuh bulan bekerja di sana, bosku mendadak berubah pikiran ingin menjadi petani cabai. Terkejut, tapi aku tak bisa mengelak dari kenyataan ini. Pilihanku hanya dua, berhenti bekerja atau tetap bekerja sebagai pengawas pertanian cabai. Aku tak punya pilihan lain, saat itu aku tahu, tidak mudah mendapat pekerjaan baru. Jadilah aku terdampar di pertanian cabai di daerah Megamendung selama tiga bulan.

Aku tidak menyesali pengalamanku di pertanian cabai itu. Banyak sekali kejadian seru yang kualami di sana. Malah menjadi inspirasi sebuah novel yang akan terbit bulan Mei 2014 nanti. Hm, diam-diam aku mulai memikirkan pengalamanku di pertambangan emas Gunung Pongkor untuk kujadikan novel juga ;)

Bosan berada di pertanian cabai, aku kembali ke Jakarta dan kembali mencari pekerjaan sebagai arsitek. Akhirnya keberuntungan berpihak padaku. Aku mendapatkan pekerjaan idamanku. Di sebuah perusahaan konsultan desain arsitektur yang lebih besar dari sebelumnya. Aku terlibat dalam proyek-proyek yang cukup besar. Kebanyakan proyek pembangunan gedung pemerintah. Seperti Gedung ESDM, gedung Sekretariat Negara, gedung-gedung pemerintahan di Jogja. Sungguh pengalaman seru yang menambah wawasan dan keahlianku. Dua tahun aku bekerja di sini saat satu hal membuatku memutuskan mundur.

Begini deh kira-kira rumah rancanganku.
Biasanya aku melukis manual, ini dengan 3D max.
Aku kurang mahir 3D max

Okay, kali berikutnya aku mencoba pengalaman bekerja di sebuah kontraktor terkenal. Aku mendapat kesempatan ikut terlibat dalam Proyek Mal Pluit Junction yang dikerjakan kontraktor Adhi Karya. Dulu, aku sangat mengidamkan bisa bekerja di Adhi Karya. Akhirnya berhasil juga. Tapi siapa sangka, bekerja di lapangan setiap hari ternyata berat juga. Jam kerja sangat panjang. Dari pukul 8.30 pagi hingga paling cepat pukul 10.00 malam. Seringkali aku pulang pukul 12.00 malam. Rasanya sesampai di rumah aku tak sanggup mengerjakan yang lain karena paginya harus segera bersiap berangkat ke proyek lagi.

Baru tiga bulan aku bekerja di proyek Adhi Karya itu, aku mendapat tawaran bekerja di Dunkin Donut. Satu hal yang membuatku akhirnya memutuskan menerima pekerjaan menjadi arsitek untuk divisi pengembangan bangunan Dunkin Donut, karena di sini jam pulang kerja hanya sampai pukul 6.00 sore. Asyik kan?

Sayangnya, di Dunkin Donut pun aku tak bertahan lama. Hanya enam bulan, kemudian aku pindah ke perusahaan Konsultan arsitektur lagi, Envirotec. Ini konsultan desain yang mengerjakan desain Kota Casablanca. Lumayan, aku pernah ikutan terlibat membuat gambar kerjanya ^_^

Ya, ya ... banyak sekali pengalaman yang sudah kudapat. Hingga tiba-tiba saja aku merasa bosan menjadi pegawai dan bosan menjadi arsitek. Ini gawat sekali. Bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan keputusanku ini pada kedua orangtuaku? Tapi rasanya memang aku sungguh-sungguh bosan ...

Pada saat yang bersamaan, perusahaan terakhirku terkena masalah. Aku pun terpaksa berhenti sekaligus aku berhenti mengirim surat lamaran ke perusahaan mana pun ... aku memutuskan ingin punya usaha sendiri ... keputusan nekat tapi tetap keukeuh kujalani.

Kulupakan ijazah arsitektur-ku, aku memutuskan membuka usaha membuat sepatu lukis. Yup, aku kembali pada hobi lamaku, menggambar.






Melukis ini saat ngefans sama Kang Ji Hwan ^_^


Inilah sebagian hasil sepatu lukis yang kulukis sendiri. Ternyata aku sudah melukis lebih dari 200 sepatu. Alhamdulillah, pembeli sepatu-sepatuku mengaku puas dengan hasil lukisanku. Walau pun usaha melukis sepatu ini juga sempat mengalami tantangan berat berliku yang hampir membuatku putus asa. Tapi karena aku suka melukis, maka aku terus melukis.

Sambil sibuk bekerja di bidang yang berhubungan dengan arsitektur, aku tetap menulis. Cerpen pertamaku dimuat di majalah remaja tahun 2005. Sejak itu menulis dan menggambar menjadi dua hal yang kukerjakan seiring sejalan. Bahkan setelah aku sibuk merintis usaha sepatu lukisku, aku tetap menulis.

Ah, sampai kemudian karena tantangan menulis sebuah novel membuatku berhenti melukis ...

Ya, setelah novel pertamaku "Saranghaeyo" terbit, aku tidak bisa berhenti menulis. Aku menulis terus sejak akhir tahun 2010 hingga sekarang. Sampai kemudian terbit novel-novelku selanjutnya, Four Seasons Of Love, Sweet Sonata, Sakura Wish, Cinta Bersemi di Putih Abu-Abu, Cinta yang Sempurna, Tahajud Cinta di Kota New York, Jojoba, Amsterdam Ik Hou Van Je, Heart Latte, Longest Love Letter ...

Dan selanjutnya akan terbit novel-novelku yang lain. Sampai tahun depan aku berencana menulis. Entah kapan aku akan melukis lagi. Kesibukan menulis membuatku tak sempat lagi memenuhi pesanan-pesanan melukis sepatu yang masih kerapkali datang.

Kali ini aku memilih menekuni hobiku yang satu lagi, menulis. Saat ini aku sangat menikmati pekerjaanku yang tidak tunduk pada bos mana pun. Aku bekerja dengan aturanku sendiri selain aturan yang telah ditentukan penerbit karyaku.

Aku mengerjakan hobi sekaligus mendapat uang dari hobiku ini. Asyik kan?

How wonderful life ... ^_^

Yuk, teman-teman, jangan putus asa bekerja keras, terus berusaha mencapai cita-cita. Jangan ragu mencari apa sesungguhnya passion-mu, yang akan membuatmu bergairah menjalani hari-harimu sekaligus terus menghasilkan karya.

Di sela-sela menulis, terkadang aku iseng bikin sketsa. Menggambar tetap deh nggak bisa ditinggalkan :)

Lukisanku untuk lomba ilustrasi majalah Story. Nggak menang sih ^_^

Untuk ilustrasi buku anak ^_^

Ehm ...
Saat ngefans sama Spiderman ^_^
Nah, kalau sekarang, aku lebih fokus menjadi penulis novel. Ini beberapa novel dan bukuku yang sudah terbit. Ada yang diterbitkan Zettu, DeTeens, Grasindo dan Adibintang. Tahun ini akan ada beberapa novelku yang terbit di penerbit idamanku. Tunggu kabar selanjutnya yaaa ^_^

Novelku yang sudah terbit ^_^

My books ^_^


~ oOo ~

Senin, 21 Oktober 2013

Korean Story : Sweet Sonata (2)

Selamat hari senin teman-teman ...
Kali ini aku mau berbagi cuplikan dari novelku yang berjudul "Sweet Sonata". Ini novel cerita Korea yang aku tulis dengan nama pena Karumi Iyagi.

Selamat membaca yaaa... semoga suka ... ^_^

Cover Novel Sweet Sonata karyaku ^_^

Sweet Sonata
Penulis  Karumi Iyagi (Arumi E)

Bab 7
Heartbeat


Shin Hye terbelalak saat melihat siapa yang harus ia rias. Rasanya ia ingin berbalik pergi saat itu juga. Tapi sudah terlambat, ia tak bisa mundur lagi. Selain itu ia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Tepatnya, ia sangat membutuhkan honor dari pekerjaan ini yang jumlahnya lumayan besar. Jauh lebih besar dari gajinya dulu saat bekerja di salon kecantikan.

Shin Hye menghela napas perlahan. Mencoba bersikap tenang. Ia maju mendekati lelaki muda berwajah rupawan itu. Pemuda itu sudah siap duduk di depan meja rias. Ia belum melihat kedatangan Shin Hye, masih sibuk membolak-balik sebuah majalah.

“Ehem, maaf, bisakah saya mulai sekarang?” tanya Shin Hye dengan suara terdengar agak gugup.
Pemuda  itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arah cermin. Dalam cermin terpantul bayangan Shin Hye yang berdiri di belakangnya. Kening pemuda itu berkerut. Ia mempertajam penglihatannya, lalu segera menoleh ke arah Shin Hye.

“Sepertinya aku pernah melihatmu,” sahut pemuda itu.
Shin Hye mengalihkan pandangannya, enggan beradu pandang dengan pemuda itu.

“Ah, tidak…maaf, bisa saya mulai sekarang? Tuan Byun Ji Min meminta aku segera menata rambut anda,” kata Shin Hye berusaha mengalihkan perhatian lelaki itu.
“Baiklah. Tunjukkan kemampuan terbaikmu,” sahut pemuda itu lagi, kemudian ia merilekskan duduknya.

Shin Hye mengutuk dirinya sendiri. Ia mengakui dirinya memang keterlaluan. Mengapa ia baru tahu pemuda yang ia rebut minumannya siang tadi, adalah personil BLAST yang terkenal itu. Padahal banyak sekali poster BLAST di kamar adiknya, tapi ia tidak menyadari salah satu personil boyband idola adiknya itu di antaranya adalah pemuda ini. Bahkan Shin Hye belum tahu nama pemuda ini adalah Jungkyu, leader boyband BLAST.

“Jangan-jangan aku gadis paling bodoh di Korea Selatan,” pikir Shin Hye.

Ia tersenyum sendiri membayangkan jika adiknya mengetahui kebodohannya ini. Ia bisa mengira adiknya akan berkomentar apa.

“Kau memang gadis kuper dan ketinggalan jaman, Eonni!”
Pastilah adiknya akan meneriakinya seperti itu.

“Mengapa kau tersenyum geli sendiri? Apakah ada yang lucu? Apakah bentuk telingaku aneh?” tanya Jungkyu tiba-tiba, lalu sibuk memegang telinganya dan melihatnya melalui pantulan cermin.

Shin Hye tersentak kaget mendengar pertanyaan Jungkyu. Ia tersenyum malu.

“Maaf, tidak ada yang aneh dengan telinga anda. Maaf, saya hanya ingat adik saya,” jawab Shin Hye.
“Kenapa adikmu? Apakah adikmu lucu? Adikmu perempuan atau laki-laki?” tanya Jungkyu lagi malah semakin penasaran.

Shin Hye tak langsung menjawab. Ia tak mengerti mengapa pemuda ini masih bersikap baik padanya. Padahal tadi ia mengira Jungkyu akan memaki-makinya karena kejadian di mini market tadi siang. Apakah Jungkyu benar-benar lupa pernah bertemu dengannya?

“Adikku fans berat BLAST. Ia ingin sekali bisa menonton konser BLAST. Tapi aku tak punya uang untuk membelikannya tiket. Kalau ia tahu aku ada di sini merias salah seorang personil BLAST, ia pasti akan menjerit keras sekali,” jawab Shin Hye, ia kembali tersenyum geli karena membayangkan lagi bagaimana raut wajah adiknya.

“Ohya? Wah, sungguh kebetulan sekali. Pantas saja kau tertawa sendiri. Dan kau apakah fans BLAST juga? Atau jangan-jangan diam-diam kau anti-fan kami?” tanya Jungkyu.
“Anti-fan?” Sin Hye balik bertanya keheranan, tak mengerti maksud Jungkyu.
“Wah, kau juga tidak tahu tentang anti-fan? Memangnya berapa sih umurmu?” tanya Jungkyu yang sebaliknya, merasa heran melihat ketidak-tahuan Shin Hye. Padahal sepertinya Shin Hye masih terlihat muda. Ia taksir usianya tak akan lebih dari 23 tahun.

“Hei, apa maksud pertanyaanmu itu? Memangnya kalau aku tidak tahu tentang anti-fan artinya aku sudah berumur?’ sahut Shin Hye mulai menunjukkan sikap aslinya yang terbiasa tanpa basa-basi.

Kali ini Jungkyu tertawa kecil melihat reaksi Shin Hye. Ia tahu Shin Hye. Ia tak akan pernah melupakan kejadian di mini market tadi. Dalam hidupnya selama ini, baru kali itu ada seorang gadis yang merebut minumannya begitu saja, meminumnya di hadapannya, kemudian mengembalikan kaleng yang sudah kosong kepadanya. Selama ini tak ada satu gadis pun yang pernah ditemuinya berani berbuat begitu kepadanya. Dan kini, setelah sejak tadi gadis itu terlihat mencoba menjaga sopan santun yang sangat berbanding terbalik dengan sikapnya saat di mini market tadi siang, sekarang ia mulai menunjukkan sifat aslinya.

“Karena setahuku, tak ada gadis remaja di Korea Selatan ini yang tidak tahu tentang K-pop. Kalau bukan fans, biasanya menjadi anti-fan sebuah grup boyband atau girlband,” jawab Jungkyu menarik ujung bibir kanannya ke atas.

“Jangan kau samakan semua gadis remaja di Korea Selatan ini,” sahut Shin Hye bernada sedikit ketus.

“Kalau kau tidak tahu, itu artinya kau bukan remaja lagi,” ucap Jungkyu tak mau kalah.

Shin Hye tak menyahut lagi. Ia memang sudah bukan remaja lagi. Usianya sudah 22 tahun, itu sudah tergolong bukan remaja lagi. Tapi ia tentu saja tergolong masih gadis belia.

“Benar kan? Kau sudah bukan remaja lagi?” tanya Jungkyu seolah butuh penegasan.
“Kalau aku masih remaja, aku tak mungkin sudah menjadi penata rias profesional seperti sekarang. Dandanan kalian aneh. Kalian benar-benar tak tahu gaya rambut yang elegan itu seperti apa.” jawab Shin Hye, lalu tersenyum sinis.

Jungkyu malah membalas senyum sinis Shin Hye itu dengan tertawa senang.

“Aku suka sekali dengan jawabanmu. Cerdas sekali! Dewasa sekali! Kau pasti sudah 아줌마 ahjumma ya? Ahjumma, silakan tunjukan riasanmu yang profesional. Aku tak keberatan di make over menjadi lebih elegan!” sahut Jungkyu sambil nyengir lebar.

Shin Hye seketika cemberut. Dia dipanggil ahjumma? Keterlaluan!

“Hei, aku baru 22 tahun!” seru Shin Hye gemas.
“Ah, sungguhkah? Tapi kau seperti sudah dewasa sekali,” sahut Jungkyu masih saja tersenyum geli.
“Aku memang tidak seperti gadis belia lain yang mau buang-buang waktu tergila-gila pada personil-personil boyband,” ucap Shin Hye dengan wajah dingin.

Jungkyu sedikit tersentak mendengar pernyataan Shin Hye itu. Berani sekali gadis ini berkata seperti itu di depannya, padahal gadis itu tahu Jungkyu adalah salah satu personil boyband. Tapi Jungkyu tak bisa berkomentar apa-apa lagi karena Shin Hye menyuruhnya tak bergerak.

“Model rambutmu jelek sekali. Aku akan menggantinya dengan model yang spektakuler,” ucap Shin Hye sambil seenaknya saja mengaduk-aduk rambut Jungkyu yang sepanjang tengkuk dengan poni yang juga panjang hingga menutupi separuh matanya.

“Baiklah, silakan kau ubah model rambutku menjadi spektakuler. Tapi harus benar-benar spektakuler, jika semakin jelek, kau akan aku tuntut!” sahut Jungkyu.

Shin Hye hanya tersenyum sinis. Lalu tanpa banyak bicara ia mulai bekerja. Tanpa disadari oleh Shin Hye, Jungkyu diam-diam memerhatikannya melalui pantulan bayangannya di cermin. Jungkyu masih penasaran dengan sikap Shin Hye yang dingin. Gadis itu masih muda. Baru 22 tahun. Ini pertama kalinya ia bertemu seorang gadis yang bersikap dingin saat melihatnya. Ia tahu, tidak semua gadis Korea Selatan menyukainya. Tetapi Shin Hye sangat keterlaluan sikap dinginnya. Benar-benar tampak tak terkesan sedikit pun pada Jungkyu.

Sesekali Jungkyu melirik Shin Hye masih melalui bayangan Shin Hye dalam cermin. Di mata Jungkyu, gadis itu lumayan manis. Rambutnya yang hitam, tebal dan ikal sepanjang bahu dibiarkan terurai, hanya dijumput sedikit dari bagian kanan kirinya lalu di jepit. Anak rambutnya cukup banyak, berjejer rapi menutupi sebagian dahinya yang datar. Mata gadis itu bagus, dengan bulu mata yang lumayan panjang dan lentik. Ia tak memakai riasan sedikit pun. Alisnya lumayan tebal dan bagus bentuknya, entah apakah ia rapikan atau secara alami terbentuk indah seperti itu. Tapi bagi Jungkyu, sebagai seorang penata rias, penampilan Shin Hye terlalu sederhana. Apakah gadis itu hanya merias orang lain dan tak pernah merias wajahnya sendiri? Gadis itu memang cantik alami. Jungkyu membayangkan, pasti akan jauh lebih cantik jika gadis itu merias sedikit wajahnya.

Shin Hye masih sibuk mengatur rambut Jungkyu. Ia memotong rambut Jungkyu yang sepanjang tengkuk itu hingga di atas pangkal leher. Di atas pelipis sebelah kiri rambut Jungkyu ia pangkas hingga tersisa satu sentimeter saja panjangnya. Sementara yang sebelah kanan dibiarkan sedikit lebih panjang. Rambut bagian depan juga ia potong sedikit lebih pendek. Kemudian Shin Hye mewarnainya dengan warna brown bronze. Potongan rambut Jungkyu menjadi jauh berbeda dengan semula. Rambutnya menjadi terlihat lebih cemerlang. Jungkyu merasa takjub dengan hasilnya. Ia merasa puas.

“Keren juga,” komentar Jungkyu sambil melihat lagi potongan rambutnya di cermin.
Shin Hye hanya menanggapi biasa komentar Jungkyu yang berarti pujian itu.
“Lalu, kapan kau siap dirias?” tanya Shin Hye.
“Nanti tepat jam enam sore. Sekarang kau harus menata rambut rekan-rekanku yang lain,” jawab Jungkyu sambil tersenyum jahil.

“Personil yang lain juga?” tanya Shin Hye sedikit terbelalak.
“Tentu saja! Tugasmu menjadi penata rias dan rambut semua personil BLAST, bukan hanya aku. Silakan kau tangani empat temanku yang lain. Aku ingin istirahat dulu,” jawab Jungkyu lalu ia bangkit dari duduknya.
“고마워요 Gomawoyo (Terima kasih), hasil kerjamu tak mengecewakan,” kata Jungkyu lagi sambil menepuk pundak Shin Hye, lalu melenggang pergi dengan santai.

Shin Hye menghela napas panjang. Sebenarnya ia lelah sekali dan belum sempat makan. Tetapi sepertinya ia harus menunda lagi makan siangnya dan menyelesaikan dulu tugasnya. Jungkyu yang sudah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja berbalik kembali menghadap Shin Hye.

“Ngomong-ngomong, siapa namamu? Kau sudah mengacak-acak rambutku tapi aku belum tahu siapa namamu,” tanya Jungkyu.
“Aku Jun Shin Hye,” jawab Shin Hye singkat.
“Hm, okay, dan kau sudah tahu namaku, kan?” tanya Jungkyu lagi.

Shin Hye tak langsung menjawab. Ia tampak tertegun selama beberapa saat.

“Mmm…eeeh, sebenarnya…aku tidak tahu namamu siapa. Memangnya aku harus sudah tahu siapa namamu? Sejak tadi kau belum menyebutkan namamu siapa,” jawab Shin Hye dengan polosnya.

Jungkyu tampak terkejut. Tanpa bisa ia cegah, matanya sedikit membelalak.

“Kau tidak tahu namaku siapa? Kau bertugas mengacak-acak rambutku tapi kau tak tahu siapa namaku?” tanya Jungkyu dengan pandangan gusar.
“Maaf…aku bukan penggemar boyband. Aku pernah melihat poster BLAST di kamar adikku. Tapi aku tak tahu siapa nama-nama personilnya,” jawab Shin Hye, wajahnya tampak ragu.
“Dan kau juga tidak mengenali aku? Keterlaluan sekali! Kau benar-benar ketinggalan jaman!” sahut Jungkyu menahan rasa keki, lalu ia segera berbalik dan melangkah pergi.

Kali ini ia tak kembali lagi sampai kemudian datang pemuda lain ke ruang rias itu.

“Annyeonghaseyo…halo…” seru seorang pemuda yang masuk dengan tiba-tiba.

Pemuda itu nyengir lebar sekali. Tak lama muncul pemuda lain yang datang langsung menubruk pemuda pertama. Lalu datang dua orang lagi. Shin Hye melongo melihat keempat pemuda itu. Mereka adalah Baek Hyun Jae, Park Ji Hyuk, Kim Sung Hyun dan Ha Doya. Pandangan Shin Hye langsung saja mengarah pada rambut keempat pemuda itu. Model rambut semua pemuda itu sungguh hancur berantakan. Setidak-tidaknya begitulah menurut penilaian Shin Hye. Dan yang paling parah adalah model rambut Ha Doya, idola Min Hwa adiknya.

Shin Hye kembali menghela napas panjang, sebelum memulai pekerjaannya menangani rambut keempat pemuda itu satu persatu. Ternyata keempat personil BLAST yang sedang populer dan banyak digilai gadis-gadis remaja itu sama saja seperti anak muda seusia mereka pada umumnya, seringkali bersikap konyol dan hobi saling meledek.

Ha Doya mendapat giliran paling akhir karena ia yang paling muda. Sambil menunggu giliran, ia sibuk memamerkan keahlian sulapnya dan memaksa Shin Hye melihatnya. Sementara Park Ji Hyuk sibuk memperlancar keahlian nge-rap-nya. Baek Hyun Jae paling usil. Ia senang mengganggu temannya yang rambutnya sedang ditata Shin Hye. Ia tak sadar bahwa keisengannya itu mengganggu konsentrasi Shin Hye.

Dengan tegas, terpaksa Shin Hye menegur Baek Hyun Jae. Anehnya Baek Hyun Jae menurut, lalu menghentikan keisengannya dan berganti sibuk mengutak-atik tablet-nya. Sedangkan Kim Sung Hyun ternyata sangat narsis. Ia sibuk memotret dirinya sendiri. Aneh sekali!

Keempat anak muda itu sungguh jauh dari tipe lelaki ideal idaman Shin Hye. Mereka ribut sekali dan tak berhenti saling meledek. Sikap mereka sangat tidak dewasa. Membuat Shin Hye semakin yakin dengan keputusannya tidak mengidolakan personil boyaband seperti mereka. Tipe lelaki idealnya tidak berubah, tetap yang mature tapi masih tampak cute seperti aktor Kang Ji Hwan idolanya.

Entah apakah ini keberuntungan atau kesialan. Jika gadis lain harus membeli tiket mahal hanya untuk melihat pemuda-pemuda itu bernyanyi dan menari dari kejauhan, saat ini Shin Hye bisa seenak-enaknya mengaduk-aduk rambut mereka. Tanpa sadar Shin Hye kembali tersenyum geli. Jika saja Min Hwa tahu apa yang ia kerjakan sekarang, adiknya itu pasti akan menjerit histeris.

oOo

Shin Hye meregangkan otot-otot punggungnya. Rasanya pegal sekali setelah menata rambut lima pemuda hanya dalam waktu empat jam. Ia masih punya waktu satu jam sebelum harus kembali bekerja merias wajah kelima personil BLAST. Ia menghilangkan penat dengan turun ke lobby. Mendekati mesin minuman kaleng yang tersedia di salah satu sudut ruangan. Ia memasukkan sebuah koin dan memilih minuman soda favoritnya. Tetapi belum sempat Shin Hye mengambil kaleng minuman yang keluar dari mesin itu, terulur tangan seseorang mendahuluinya mengambil kaleng minuman itu.

Shin Hye tercengang. Matanya mengikuti ke mana arah minuman kaleng itu berpindah. Sosok yang mengambil minuman kaleng yang dibelinya itu, tanpa rasa bersalah menarik tutupnya, lalu langsung menenggak isinya hingga habis. Kemudian mengembalikan kaleng yang sudah kosong kepada Shin Hye.

“Sebagai ganti minuman kalengku yang tadi siang kau rebut tanpa sopan santun,” bisik Jungkyu sambil tersenyum jahil.

Lalu ia berbalik dan melangkah santai meninggalkan Shin Hye yang masih terbengong-bengong tak mampu berkomentar. Tapi baru berjalan lima langkah, Jungkyu berhenti lalu berbalik.

“Oh ya, nanti malam sesudah konser BLAST, aku akan mentraktirmu makan malam,” ujarnya pada Shin Hye sambil mengedipkan mata kirinya.

Lalu Jungkyu berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya menjauhi Shin Hye. Shin Hye semakin melongo melihat tingkah Jungkyu tadi. Kemudian tanpa sadar ia tersenyum geli, lalu ia masukan satu koin lagi ke mesin minuman kaleng itu. Jelas, Jungkyu tidak lupa dengan sikap tidak sopan Shin Hye di mini market siang tadi. Dan Jungkyu telah sukses membalas Shin Hye. Saat ini, skor mereka satu sama.

oOo

Ingin tahu lanjutannya? Beli bukunya yaa ... Bisa pesan online di    : http://www.kutukutubuku.com/2008/open/37120/sweet_sonata

Terima kasih teman-teman ^_^

Oya, baca juga yuk, novel-novel karyaku yang lainnya.

Novel cerita Korea karyaku
dengan nama pena Karumi Iyagi


Karyaku dengan nama asli Arumi E ^_^

Jumat, 18 Oktober 2013

Single's Diary : Pencuri Cantik di Sebuah Pesta Pernikahan

Photo from Imperial Steek Werk Flower Shop

JANGAN SAMPE KETAHUAN YAAA ....

By : Arumi E.

Kayaknya segala cara udah gue lakuin untuk nemuin soulmate gue, berharap segera berhenti jadi jomblo. Tapi apa mau dikata. Gue belum berhasil juga. Walau gue happy-happy aja jadi jomblo, tapi kadang temen gue yang mengaku prihatin suka merasa perlu ngasih saran yang menurutnya super brilian. Ini dia salah satu saran temen gue yang super canggih.

Temen : Makanya lo nyolong melati penganten.

Gue membelalakkan mata, mengangkat kedua alis, terhenyak, terkesiap, kemudian tercenung mendengar saran canggihnya itu ...

Gue : Idiih, mana gue percaya sama mitos kayak gitu.
Temen : Coba dulu dong. Elo belom nyoba udah nyerah duluan aja. Siapa tau bener kalo elo nyolong melati penganten elo bakal cepet dapet jodoh. Inget, nyolong melatinya diem-diem, jangan sampe pengantennya tau.

Gue : Ah, gue nggak yakin. Apa hubungannya nyolong melati penganten sama cepet dapet jodoh.
Temen : Yah, terserah elo deh, kalo elo masih betah jadi jomblo
Gue : Siapa bilang gue masih betah jadi jomblo. Gue tuh udah kebelet banget pengen punya calon suami.
Temen : Nah, elo nggak mau usaha...
Gue : Tapi masa usahanya nyolong melati penganten sih? Nggak ada apa cara yang lebih masuk akal?
Temen : Lebih masuk akal sih ikut biro jodoh. Tapi elo nggak mau. Menurut lo itu bukan cara alami. Elo nggak mau hubungan yang direkayasa kayak gitu.

Gue : Ikut biro jodoh mah sama aja kayak jaman Siti Nurbaya dong. Dijodoh-jodohin gitu.
Temen : Ya bedalah...
Gue : Nggak ah, gue nggak mau.
Temen : Jadi elo maunya apa?
Gue : Mau nggak jomblo lagi...
Temen : Capee deh ngomong sama elo. #temen ninggalin gue sambil manyun-manyun

Gue sendiri juga udah nggak tau lagi harus gimana. Kadang kepikiran juga sama gue, sebenernya ada nggak sih calon jodoh gue itu? Kalo emang ada, gue harus ke mana dong supaya bisa ketemu dia? Keliling dunia apa? Duit dari mane? Ato gue ikut biro jodoh aja? Mending mana yah, ikut biro jodoh ato nyolong melati penganten?

Ah, mendingan nyolong melati penganten ajah deh. Pas kebetulan gue diundang dateng ke resepsi pernikahan temen kantor gue. Waktu yang tepat nih buat ngetes keahlian nyolong gue. Siapa tau ternyata gue berbakat nyolong. #khusus nyolong melati penganten aja yaaa, bukan nyolong yang laen loooh.
Yah, namanya juga usaha, kerjain aja deh semua yang katanya bisa mempercepat ketemu jodoh gue.

Di gedung resepsi pernikahan temen gue itu, awalnya gue ragu buat ngelaksanain niat gue nyolong melati pengantin. Bodoh banget gitu rasanya kalo gue nekat ngerjain mitos nggak masuk akal itu. Tapi, anggap aja ini iseng-iseng berhadiah. Kalo besoknya abis gue nyolong melati penganten gue dapet hadiah ketemu jodoh gue, alhamdulillah, walau tetep nggak jelas juga gue dapet jodoh karena kebetulan doang atau karena memang nyolong melati penganten terbukti manjur buat cepet dapet jodoh?

Gue deg-degan juga pas udah mau sampe ke penganten dan nyalamin pengantennya. Kata temen gue harus diem-diem lagi. Makin susah aja jadinya. Gue makin deket dan makin degdegan. Temen gue adalah yang penganten cowok. Gue lebih dulu salaman sama dia.

Gue : Selamat ya.
Temen : Makasih ya. Kapan nih nyusul?
Gue : Doain aja deh supaya gue ketularan elo cepet kawin
Temen : Udah, nggak usah milih-milih. Yang penting orangnya baik
Gue  : Lah, cari yang baik kan berarti milih juga. Lagian susah sekarang nyari cowok baik.

Nah loh, gue malah curhat.
Gue denger suara ehem ehem dari sebelah gue. Baru sadar tamu di sebelah gue yang nungguin mau nyalamin penganten melotot ke arah gue. Buru-buru deh gue nyalamin penganten cewek. Inilah saatnya nyolong melati yang menjuntai dari kondenya. Gue pake cipika cipiki deh buat kamuflase, padahal tangan gue ke belakang badan penganten cewek itu mencoba meraih melati paling bawah dari untaian melatinya. Nah, rasanya udah kepegang sama gue. Gue tarik deh.

Penganten cewek : Aduh!!

Loh? Kenceng amat tuh melati nyangkut di kondenya. Gue tarik nggak mau lepas tuh melati. Buru-buru gue tarik tangan gue.

Gue : Eh, maap, maap, nggak sengaja...#nyengir malu banget

Gue cepet-cepet nyalamin orangtua penganten cewek dan langsung turun dari panggung, jalan cepet menuju meja prasmanan, malu gue ketauan niat nyolong melati tadi.

Langsung aja gue ngambil piring, gue isi nasi goreng, kakap asam manis, udang goreng tepung, sate ayam, gado-gado, sop buntut, ampe piring gue kepenuhan. Heuh! Gugup bikin gue lapeerrr!!

Huft!! Ternyata nggak gampang juga ya nyolong melati penganten. Gagal deh misi gue. Alamat masih lama jadi jomblo nih.

Temen : Gimana lo kemaren kondangan? Jadi nyolong melati penganten nggak?
Gue : Nggak.
Temen : Kok nggak? Jiaaah, alamat nggak ketemu jodoh lo deh

Gue   : Melatinya nggak mau lepas. Gue udah tarik, eh, kenceng banget ngiket melatinya. Untung kondenya nggak lepas ketarik sama gue

Temen : #ngakak sepuas-puasnya Ya, udah, alamat elo masih lama jadi jomblo nih.
Gue : Enak aja lo
Temen : Lagian ngambil melati gampang gitu, masih gagal juga...
Gue : Enak aja gampang, susah tauuu, coba aja lo nyolong melati penganten, pasti susah...

Temen : Kalo gue yang nyolong melati ntar gue dong yang dapet jodoh...iiih, masak gue kawin dua kali.
Temen gue yang udah nikah dan punya anak dua itu cengar-cengir mulai ngayal yang enggak-enggak.

Gue : Emang nyolong melatinya nggak bisa diwakilin ya?
Temen : Emangnya elo mau ntar kawin gue wakilin juga???
Gue : Enak ajah looo...rugi dong gue...nanti deh gue coba nyolong melati lagi...

Gue masih penasaran juga sama nyolong melati itu. Penganten kemaren aja tuh yang kebangetan. Kenceng amat ngiket melatinya. Takut amat dicolong ya??? Emangnya ada yang mau nyolong melati cuma begitu doang??? Ada sih, gue niiih...hehehe

Pas ada undangan nikahan berikutnya, gue coba lagi deh trik nyolong melati penganten cewek. Bagusnya nyolong melatinya saat antrian salaman lagi rame. Supaya nggak ada yang ngeh pas tangan gue menjulur ke punggung penganten cewek dan narik melatinya. Gue salamin deh penganten cewek, masih tetep cipika-cipiki sambil tangan gue mulai gerilya di balik punggung pengantin cewek itu.

Photo from Jogja Icon
Hore!! Tumben melati itu nggak kenceng banget diiket di konde pengantennya.
Berhasil! Berhasil! Berhasil #loncat-loncat kayak Dora.
Gue dapet tiga bunga melati sekaligus. Gue genggam kenceng-kenceng supaya nggak ketauan. Trus cepet-cepet turun dari panggung pelaminan setelah nyalamin orangtua penganten cewek. Gue simpen tuh melati dalem tas gue.

Tapi mendadak gue denger ribut-ribut, Gue nengok sekilas, gue liat tuh penganten cewek muter-muter, bingung liat rangkaian melati dari kondenya yang pada rontok jatuhan ke lantai. Ups, buru-buru deh gue kabur sejauh-jauhnya dari pandangan penganten dan sodara-sodaranya. Segera gue membaur ke kerumunan undangan yang asyik makan.

Gue ambil piring, gue isi nasi goreng, salad, Korean barbeque, mi goreng Hongkong, rendang...sampe nggak sadar isi piring gue muncung banget. Langsung deh gue nyam-nyam.
Sampe rumah, melati itu tetep gue simpen dalam tas kondangan gue itu. Gue tunggu reaksi melati yang gue colong itu.

Seminggu,
Sebulan,
Dua bulan,
Tiga bulan,

Setaon....Hah??? Udah setaon? Nggak berasa aja waktu berlalu. Huh, nunggu sampe hampir jamuran tetep ajah nggak terjadi apa-apa. Boro-boro gue dapet jodoh. Yang sekedar naksir aja nggak ada. Udah setahun berlalu tetep aja gue masih jomblo. Tuh kaaan. Emang udah jelas nggak benerlah mitos nyolong melati penganten bikin cepet dapet jodoh.

Gue : Beneran deh. Nyolong melati nggak bisa bikin gue cepet dapet  jodoh
Temen : Lah, emang udah jelas itu cuma mitos. Lagian elo segitu putus asanya, sampe nyolong melati segala.
Gue : Yee, kan elo yang nyaranin
Temen : Gue kan cuma mo ngetes nalar lo aja. Hehehehe
Gue : Waaah, ngerjain gue lo yaaa...
Temen : Ya udahlah, lo ikut biro jodoh aja. Nggak usah gengsi.
Gue : Nggak mauuu!!

Udahlah. Gue nggak mau lagi ngikutin saran temen gue yang menjerumuskan itu. Gue tunggu aja deh pangeran berkuda gue dateng menawarkan cinta sejatinya buat gue # halah!
Tapi gue perhatiin Bapak dan Ibu gue mulai bisik-bisik seperti mau merencanakan sesuatu. Kayaknya harus diwaspadai nih.

Bapak : Mungkin anak kita harus diruwat ya, Bu. Supaya cepet dapet jodoh. Aneh, jangankan nikah, sampe sekarang masa dia masih jomblo aja belum punya pacar. Jangan-jangan dia punya salah apa gitu makanya sampe sekarang belom laku-laku juga. Masa sampai hari gini  anak kita belum ada yang nikah. Kan bosen kita  diundang hajatan terus tapi nggak pernah gantian ngundang hajatan.

Ibu : Ah, Ibu sih nggak mau maksa-maksa anak, Pak. Tanyain aja tuh sama anaknya. Mau nggak dia diruwat?

Gue : #cepet-cepet jawab, Nggak mauuuuu!! Gue nggak mau  diruwat. Gue maunya dirawat, mandi spa rempah- rempah, mandi susu, dimassage, luluran, manicure, pedicure, facial, totok wajah supaya kinclong. Kali aja trus jadi ada cowok yang minat mau jadi calon suami gue

Gue pun berdoa sambil nyanyi #joget-joget ala India :

Tuhan tolong, kirimkanlah. 
Calon suami yang baik hati, 
yang mencintai aku, apa adanya...
Aamiin

Minggu, 06 Oktober 2013

Single's Diary : Tiket Nonton Sogokan

Photo from Blitzmegaplex

TERNYATA OH TERNYATA .…

By Arumi E.

Sewaktu adek cowok gue belom punya pacar, gue hepi-hepi aja walo pun gue jomblo. Karena gue dan adek gue yang cuma dua tahun lebih muda dari gue itu punya hobi yang sama, ke toko buku dan nonton bioskop. Kalo gue pengen ke toko buku, ngajak adek gue itu, dia pasti mau. Begitu juga kalo gue mau nonton film di bioskop, adek gue itu bisa jadi temen nonton yang asyik karena selera film gue sama dia juga hampir sama.

Tapi semenjak diem-diem adek gue punya pacar, hidup gue pun langsung berubah drastis. Kejombloan gue semakin berasa memilukan. Nggak ada lagi adek gue yang selalu siap sedia nemenin gue ke toko buku atau nonton bioskop. Udah pasti dia sekarang lebih sering menghabiskan waktu weekendnya bersama pacarnya.

Adek : Makanya elo cepetan punya pacar dong!
Gue : Emangnya gampang cari pacar.
Adek : Kalo cari pacar susah, ya udah, lo cari suami aja.
Gue : Yee, itu mah lebih susah lagi
 Adek : Ikut biro jodoh dong!
Gue : Ogah la yauw! Gue belom segitu putus asanya.

Lagaknya adek gue itu. Padahal dulu dia pacaran juga backstreet di belakang gue. Adek gue itu pacaran sama temen kursus bahasa Inggris gue yang dulunya sering jadi alternatif temen nonton gue kalo kebetulan adek gue nggak bisa nemenin gue nonton. Nggak jelas juga apa maksud mereka pacaran diem-diem tanpa sepengetahuan gue. Gue bisa tau hubungan mereka pun nggak sengaja. Karena pada suatu hari gue seperti biasanya, ngajak adek gue nonton film terbaru di Studio XXI.

Gue : Nonton yuk!
Adek : Sori nih, gue sekarang nggak bisa nonton sama lo lagi, gue udah punya temen nonton
Gue : Cewek?
Adek : Ya ceweklah
Gue : Cewek asli?
Adek : Ya eyalah, masa cewek jadi-jadian
Gue : #mengernyitkan dahi, hadoh, jangan-jangan…*Pacar lo?

Adek : Iye dong! #tampang bangga ngalah-ngalahin ekspresi aktor hollywood yang abis menang piala Oscar
Gue : Laku juga lo yaaaa…#tampang keki, sirik akut, berharap adek gue cuma bercanda
Adek : Yaeyalah, emangnya elo nggak laku-laku.
Gue : Manyun sampe bibir keriting  *Huwaaaa!! Nangis bombay, gue keduluan adek gueeeee…

Tapi gue bentaran ajah sedihnya, trus gue inget masih punya temen nonton cadangan, seorang cewek temen kursus bahasa Inggris

Gue : Nonton yuk!
Temen : Sori nih, sekarang gue nggak bisa nonton bareng elo lagi. Gue udah ada temen nonton yang lain.
Gue : Cowok?
Temen : Hehehe, iya, sori yee…
Gue : Pacar lo?
Temen : Mm, iya.
Gue : Sejak kapan elo punya pacar? Kok nggak bilang-bilang gue? #mengernyitkan dahi terheran-heran plus curiga...

Temen : Sejak…mm…sejak adek lo nembak gue…mm, sori yaaa, tapi elo setuju kan gue pacaran sama adek lo?

Gue : Ha? Elo pacaran sama adek gue? Sejak kapan tuh? Kok gue nggak tau? Kok nggak bilang-bilang? #Gue shock merasa dikibulin.

Temen : Mm, udah sejak sebulan yang lalu sih...maaf yah, gue baru bilang sekarang, abis elo baru nanya sekarang sih...

Gue manyun semanyun-manyunnya. Berasa kecolongan banget.

Backstreet antara adek gue sama sohib gue itu bener-bener nyebelin. Jadilah sejak saat itu gue males nonton bioskop. Ogah banget nonton bioskop sendirian kayak ayam cengo keselek biji duren. Gue kan hobi tuh nonton film drama semi komedi romantis, nah, pernah gue nekat nonton sendiri, malem minggu pula, yang ada semua nonton sama pasangannya, gue duduk dibagian tengah sendirian diapit dua pasangan di kanan kiri gue. Males banget deh, apalagi terus gue terpaksa mendengar suara-suara misterius di kanan kiri gue itu.

Tapi aneh bin ajaib, pada suatu hari sabtu yang cerah ceria, adek gue nawarin gue nonton

Adek : Lo mau nonton Avatar nggak?

Gue : Mau banget, lo mau nraktir gue ya??? #wajah berbinar-binar bahagia.Terimakasih Tuhan, akhirnya adek gue kembali ke jalan yang benar, mau ngajak gue nonton lagi…huhuhu, terharu…

Heran banget tumben adek gue ngajak nonton, pasti lagi marahan sama pacarnya nih, hehehe, seneng dah gue kalo mereka marahan, (loh?) untung di gue.

Adek : Kalo mau, ayo cepetan kita berangkat sekarang, kita nonton yang jam 12 teng.

Gue melirik ke arah jam dinding. Hah? Udah jam 11? Dengan semangat 45 gue mandi ala kucing, jebar-jebur beberapa gayung. Semprotin badan pake body spray sebanyak-banyaknya. Yang penting wangi deh. Abis kelar pake baju lengkap, langsung gue nangkring di boncengan motor adek gue dan adek gue langsung tancap gas memacu motornya rada ngebut menuju mal terdekat.

Sampe bioskop mal, antrian beli karcis udah panjang banget persis kayak ular sanca. Ngalah-ngalahin antrian sembako gratis. Panjangnya sampe keluar Studio XXI.

Adek : Elo yang antri ya, nggak betah gue antri panjang gini.

Adek gue nyerahin dua lembar duit seratus ribu. Gue nerima aja, walo sedikit ngedumel dalem hati. Ah, adek gue ini, kadang gue amnesia sebenernya dia adek gue atau abang gue? Lagaknya lebih pantes jadi abang gue ...

Tapi dengan tabah, demi nonton gratis, gue rela antri panjang
Setelah pegel ngantri berdiri hampir satu jam, beberapa detik menjelang film dimulai, barulah gue sampe depan loket.

Adek  : Sekalian ya, beli juga dua tiket buat film jam berikutnya, Sherlock Holmes.

Mata gue langsung berbinar-binar makin ceria, kantong mata dan lingkaran hitam di seputaran mata gue mendadak sontak lenyap tak berbekas. Kecapean berdiri ngantri lama terbayarkan sudah.

Makin heran, adek gue kesambet apa ya? Jangan-jangan keselek undur-undur ajaib? Tumben baek bener nraktir nonton sampe dua film sekaligus.

Tapi eits, tunggu dulu, mencurigakan juga neh, kebaekan hati adek gue yang dadakan ini, roman-romannya ada udang di balik bakwan, jangan-jangan dia nyogok gue supaya boleh duluan nikah…, mendadak gue jadi degdegan, dada gue bergemuruh, eh, dalem dada gue maksud gue, masih kurang jelas juga? Jantung gue berdebar-debar gitu looh, ternyata…oh ternyata…

Adek : Yang Sherlock Holmes buat gue nonton sama pacar gue

Uhuk! Ihiks! Gue terpana kemudian kecewa … Pengen ngomel tapi nggak lama sadar, salah gue sendiri kenapa ge-er, mengira adek gue nraktir nonton dua film sekaligus.

Begitu kelar nonton Avatar, gue dan adek gue disambut pacar adek gue yang juga mantan temen kursus Bahasa Inggris gue itu. Dia cuma senyam-senyum, gue bales senyum irit.

Adek : Ya udah, kalo lo mau pulang, pulang aja duluan ....

Jiaaah, gue diusir sama tuh dua permen loli, eh, sejoli. Nyesel tadi uang kembalian tiket gue balikin ke adek gue, tau gini mending tadi gue embat aja tuh uang kembalian.

Gue : (dalam hati) Awas lo berdua ya, kalo ntar minta ijin nikah duluan, gue minta hadiah pelangkahnya emas sekilo, berlian sekarung, uang seratus ribuan sekoper, laptop canggih sama tablet super keren.
Tapi mudah-mudahan sih tetep gue yang duluan nikah … Aamiin

Jumat, 04 Oktober 2013

Singles's Diary : Please deh, Itu Bukan Anak Gue ...

Desa Janten, Temon, Kulon Progo, Yogyakarta

Halo teman-teman, kali ini jomblo gokil mau berbagi pengalaman saat pulang kampung nengokin bulik, sepupu dan keponakannya di Desa Janten ... Yuk baca kisahnya ^_^

PLISS DEH, ITU BUKAN ANAK GUE…

By : Arumi E


Biasanya tiap akhir tahun atau seminggu menjelang bulan puasa gue mudik ke Jogja. Di sana tinggal bulik (sebutan tante dalam bahasa jawa) dan dua adek sepupu gue. Kadang gue bersyukur nggak punya adek perempuan. Jangan-jangan kalo gue punya adek perempuan, adek gue itu ngeduluin gue nikah. Tapi ternyata adik sepupu gue yang umurnya delapan tahun lebih muda dari gue itu yang akhirnya nikah lebih dulu dari gue. Sekarang dia malah udah punya anak perempuan umur tiga tahun.

Keponakan gue itu pinter dan berani. Walau ketemu gue cuma setahun sekali, tapi tiap ketemu tu anak langsung aja tanpa malu-malu nempel sama gue. Ngajak main, becanda, ngajak ngobrol, pinter banget deh. Bikin gue makin mupeng pengen juga punya anak cakep, lucu dan pinter kayak ponakan gue itu. Tapi bagaimana mungkin gue bisa punya anak, kawin aja gue belom. Ihiks!

Manjanya ponakan gue itu, menumbuhkan jiwa keibuan gue yang telah sekian lama terpendam persis harta karun di bawah laut. #saking kelamaan jadi jomblo, hiks!

Ponakan gue yang girang banget menyambut kedatengan gue, langsung aja ngajak tamasya ke wahana permainan anak di dekat rumahnya.

Maminya : Mami lagi repot, jalan-jalannya besok aja ya? Budhe juga capek baru dateng.
Ponakan : Mami nggak usah ikut, aku sama Budhe aja.

Ponakan gue itu nggak bisa dibujuk, tetep mau ngajak gue jalan-jalan. Kata sepupu gue, deket rumah situ memang baru di buka wahana permainan anak-anak dan sejenis water boom. kayaknya tu ponakan gue udah nggak sabar pengen pamer sama gue.

Gue yang merasa kege-eran mengira begitu dicintai anak-anak, akibat bakat keibuan yang mendarah daging, tulang, kulit, tetelan, akhirnya mengiyakan ajakannya. Sampailah gue di wahana yang penuh dengan permainan anak-anak itu. Ponakan gue langsung lari-lari nggak sabar pengen main.

Ponakan : Budhe, mau maen perosotan
Gue : Boleh!

Lari pontang-panting ngejar ponakan gue yang udah langsung melesat kayak anak panah Mas Robin Hood dan langsung aja asyik perosotan. Baru aja gue sampe di perosotan…

Ponakan : Budhe, maen ayunan yuk?
Gue : Ayuk!

Lari marathon ngejar ponakan yang tau-tau udah nongkrong di ayunan asyik berayun-ayun. Ih, bocah, kamu keturunan siapa sih, kok hobi ayun-ayunan? Baru aja gue sampe diayunan…

Ponakan : Budhe, maen kereta-keretaan ya? Ya? Ya? (dengan wajah sok tak berdosa menatap gue penuh harap)

Gue : Iyaaa…( mulai lemes )

Sampe di tempat keretaan, gue harus mendorong tuh keretaan karena keretaannya lagi mogok. Nasib, nasib, nasibku memang bukan nasibmu…

Ponakan : Budhe, mo mandi bola
Gue : Yoi!!

Tertatih-tatih mengikuti ponakan yang udah langsung ngacir ke tempat mandi bola dan langsung nyebur ke kolam penuh bola.

Seorang cewek menor yang berdiri si depan gerbang kolam mandi bola langsung nodongin selembar karcis ke gue  yang baru sampe tempat mandi bola dengan napas ngos-ngosan.

Cewek menor : Bu, anaknya belom beli karcis
Gue : Itu bukan anak saya kok.
Cewek menor : Loh, kok kayaknya dari tadi sama ibu, kirain anaknya.
Gue : Itu ponakan saya.
Cewek menor : Oooh, kok anaknya nggak sekalian diajak, Bu? Di sini seru loh, pas buat main anak-anak.
Gue : Saya belum punya anak.

Cewek menor : (Diam sesaat, memandangi gue dengan tatapan nggak jelas) Oh, kalo Ibu belum punya anak, saya tau loh Bu, pengobatan tradisional yang bisa bikin cepet punya anak. Dulu saya juga berobat di situ. Saya juga tiga tahun nikah belum punya anak, setelah berobat, langsung tokcer, anak saya langsung kembar dua…hehehe

Gue : (Mulai manyun) Gimana saya bisa punya anak, saya belom nikah kok!

Cewek menor : (Mulutnya melongo lebar, untung nggak ada laler lewat) Oh, maaf Bu, kirain Ibu udah nikah. Abis gedenya kayak udah ngelahirin tiga kali, hehehe. Tapi saya juga tau loh, orang pinter yang bisa bikin ibu cepet laku dan cepet kawin. Kakak perempuan saya juga dulu udah tua nggak laku-laku, trus berobat deh ke orang pinter itu, baru disembur sekali aja, besoknya langsung dilamar tiga lelaki. Ibu mau alamat orang pinternya? Ntar saya kasih…

Tanpa basa-basi, langsung aja gue angkat ponakan gue keluar dari kolam bola dan memaksanya pulang saat itu juga sambil manyun-manyun

Ponakan : Budhe, mau berenang, mau berenang…(hampir mewek)
Gue : Berenangnya besok aja ya? Kita beli es krim aja yuk?
Ponakan : Ayuk! Es krim sama coklat ya Budhe…
Gue : Iyaaa, setoko2nya juga boleh!

ASALKAN NGGAK MAIN KE SINI LAGI…!!

Gue pun langsung ngajak ponakan gue itu ke toko swalayan. Gue beliin deh dia dua es krim dan dua batang coklat. Dia girang banget dan lupa kalo tadi belum berenang. Trus gue mampir ke lapak majalah di depan swalayan itu.

Gue : Ada majalah anak-anak nggak mas?
Tukang majalah : Majalah anak-anak apa, Bu?

Gue ngedumel dalem hati. Kenapa sih dari tadi gue dipanggil Ibu? Nggak tau apa gue paling alergi dipanggil Ibu. Buat gue itu sama aja nyindir gue yang masih jomblo ini, boro-boro punya anak! Huh!.

Kadang gue pengen banget tereak; “Gue bukan Ibu-ibu tauk!!” tapi gue males ribut lah. Jadinya gue manyun-manyun aja deh sambil masang tampang rada jutek.

Gue : Majalah ****
Tukang majalah : Belom dateng Bu!
Gue : #Huh! Kalo majalah ****?
Tukang majalah : Lagi kosong, Bu!
Gue : Majalah ****?

Tukang majalah : Kebetulan abis, Bu!

Gue : Gimana sih, Mas, Eh Pak! (Gue bales deh manggil dia bapak, huh!)  Masa semuanya nggak ada.

Tukang majalah : Lah, Ibu nyarinya yang nggak ada. Ini aja deh Bu, buku menu masakan. Pas edisi ini khusus tentang masakan untuk anak-anak. Bisa nih Ibu praktekin resep masakannya  buat anak Ibu.

Gue : (makin manyun, muka panas nahan kesel) Ngapain saya beli buku cara masak makanan anak-anak. Saya belom punya anak kok.

Tukang majalah  : Lah, itu? Bukannya anak Ibu?
Gue : Itu ponakan saya!

Tukang majalah  : Oh, maaf, Bu. Kirain itu anak Ibu. Kalo gitu buku ini aja Bu. Tentang makanan yang bisa meningkatkan kesuburan isteri dan suami supaya cepet punya anak. Langsung bikin masakannya di rumah, trus makan deh bareng suami Ibu. Dijamin tokcer. Ibu pasti langsung hamil

Gue : Enak aja hamil, saya belom nikah Pak!

Tukang majalah mandangin gue dengan pandangan yang persis pandangan cewek menor penunggu loket karcis mandi bola tadi.

Tukang majalah : Oh...belom laku ya, Bu?
Gue : Arrrghhh! Tidaaak! (Langsung nggendong ponakan gue pulang ke rumah)

Sampe rumah, dengan wajah ceria ponakan gue langsung laporan sama Maminya.

Ponakan : Mami, mamiiiii, asyik jalan-jalan sama Budhe... Dibeliin es krim sama coklat. Budhee...besok jalan-jalan lagi yaaa?

Gue : Nggak ah! Besok Budhe mau pulang ajaaaa!!

Geleng-geleng kepala kenceng-kenceng